Memulihkan Bisnis yang Hampir Bangkrut
Oleh : Bambang Suharno
Seorang pembaca buku saya "Langkah Jitu Memulai Bisnis Dari NOL" dan "Curhat Bisnis", pada suatu kesempatan menyampaikan kegelisahannya mengenai betapa beratnya memulihkan bisnis yang hampir bangkrut.
Normi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pemuda Lampung yang punya cita-cita ingin menjadi pengusaha sukses. Ia menjalankan usaha jasa perbaikan komputer, ia dirikan tahun 2003. Ia menjalankan usaha ini di rumah (tinggal dengan orang tua dan belum menikah) dengan menempati ruang tamu. Rumahnya persis di pinggir jalan di daerah Lampung. Sebenarnya ingin mengontrak kios tapi belum ada biaya, sehingga ia menggunakan ruang tamu untuk usaha, meski dirasa kurang layak.
Sebelumnya ia bekerja di sebuah toko komputer sebagai tenaga teknisi, karena melihat peluang yang bagus, akhirnya keluar dan memutuskan untuk usaha sendiri. Pada awal usaha ia melayani jasa service saja, karena waktu itu tidak punya modal untuk menjual produk hardware/accessories komputer. Setelah berjalan beberapa waktu usahanya mulai berjalan baik sampai pada akhirnya ada seorang teman yang menawarkan pinjaman dana untuk pengadaan barang berupa hardware/accessories komputer. Ia menyepakati persyaratan yang dibuat, setelah dapat dana langsung membelanjakannya untuk stock barang.
Setelah beberapa waktu mulailah timbul masalah. Uang penjualan tercampur aduk dengan uang pribadi dan uang hasil jasa, pada akhirnya ia bingung dan tidak bisa mengelolanya hingga akhirnya gagal dan bangkrut, barang habis uang entah kemana, yang tinggal sekarang adalah hutang. "Saya sempat drop dan sempat berhenti, tapi saya sadar itu semua tidak menyelesaikan masalah, akhirnya tahun 2006 saya mulai buka lagi meskipun sudah tidak punya apa-apa dan menanggung hutang yang bagi saya nilainya cukup memberatkan, sampai sekarang usaha saya masih berjalan dan hanya melayani jasa service saja, " katanya.
Ia punya keinginan untuk membuat usaha menjadi besar, tidak hanya untuk pribadi, tapi juga ingin menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, dan ia sadar itu tidak mudah. Itu sebabnya ia membaca buku saya dan mengirim email untuk mendapat tanggapan saya.Saya menanggapinya sebagai berikut.
Pertama, jika anda mengalami hal serupa, pesan saya ikhlas dan bersabarlah, apa yang anda alami adalah suatu anugerah untuk menjadi lebih tangguh menghadapi tantangan. Teruslah berupaya mengembangkan bisnis, jika tidak, pengalaman yang selama ini akan sia-sia belaka, tak ada nilainya. Jika diteruskan dengan sikap mau belajar yang tinggi, saya percaya di depan sana akan banyak orang yang mendukung anda.
Kedua, Anda pasti perlu dukungan orang lain, entah itu tenaga, pikiran dan modal. Untuk mendapatkan semua itu, jadilah anda pribadi yang mudah dibantu. Pribadi yang mudah dibantu adalah pribadi yang gampang bergaul, gampang membantu orang lain, jujur, dan punya cita-cita yang jelas. Cobalah anda lihat, orang-orang yang banyak menyendiri, menyepelekan persahabatan, menyelepekan amanah orang, kelak akan sulit mendapat dukungan orang lain. Dan jika anda selalu katakan ke orang-orang yang tepat bahwa anda akan mengembangkan bisnis anda menjadi sebesar perusahaan tertentu (carilah contoh di daerah anda yang cukup besar), para pendukung anda akan bicara "O o, kamu ingin seperti itu ya? Saya bisanya membantu doa, membantu tempat yang murah, membantu mengenalkan dengan seorang pengusaha ini dan seterusnya". Dukungan seperti itu, akan datang. Percayalah. Dan tak usah kaget, kelak ada juga orang yang mencemooh. Abaikan saja mereka.
Ketiga, peganglah komitmen bahwa anda mau membayar hutang. "Terburu-burulah kalau anda membayar hutang,"begitu kata Pak Ustad. Jadi jika ada uang, segeralah mencicil hutang. Saya meyakini keseriusan mau membayar hutang akan membuat kita lebih mudah mendapatkan rejeki.
Keempat, setiap hari, lakukanlah tindakan yang memungkinkan bertambahnya pelanggan, misalkan menyebar brosur, datang ke kantor-kantor menawarkan jasa anda, menelepon/kirim fax/email menawarkan jasa anda kepada para calon pelanggan dan lain-lain. Hasilnya tidaklah instan. Mungkin tahun depan baru akan terasa dampaknya. Tidak apa-apa, yang penting ada upaya untuk maju.
Kelima, mulailah berlatih disiplin dalam mengelola uang. Pisahkan uang pribadi dan uang bisnis. Buatlah anggaran berapa maksimal "gaji" anda di bisnis anda sendiri. Jika ada untung besar, tetaplah mengambil sedikit untuk kepentingan pribadi, teruslah perbesar bisnis anda dengan laba yang diperoleh agar kemajuan bisnis melaju lebih kencang.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat bagi anda yang sedang atau pernah mengalami hal serupa.***
Penulis adalah Direktur Indonesian Entrepreneur Society (IES), penulis buku wirausaha, yang terbaru Panduan Lengkap Memulai dan Mengelola Bisnis dari Nol.