Motivasi Berwirausaha
• Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
• Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
• Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
• Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
• Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
• Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
• Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
• Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Dari analisis pengalaman di lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum dalam tiga sikap, yaitu :
• Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan
• Mempunyai tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat diperoleh.
• Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita.
Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu :
1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8. Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
10. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)
Delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma , 106 – 109), terdiri atas :
1. Mau kerja keras (capacity for hard work)
2. Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people)
3. Penampilan yang baik (good appearance)
4. Yakin (self confidence)
5. Pandai membuat keputusan (making sound decision)
6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
7. Ambisi untuk maju (ambition drive)
8. Pandai berkomunikasi (ability to communicate)
Semoga Bermanfaaat....
Sumber: http://adesyams.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-motivasi-berwirausaha.html
_______________________________________________________________________
Menumbuhkan Semangat Berwirausaha
Thoby Mutis telah menulis buku Kewirausahaan Yang Berproses, diawali dengan bagaimana MacGyver yang senantiasa menampilkan keunikan dan kreativitas dan berkesinambungan. Film yang sangat digemari pada masa itu dijadikan simbol, yakni mengubah "kesempitan menjadi kesempatan" sehingga Stephen Covey dalam bukunya "First Thing First" menyebutnya Mac Gyver Factor.
Covey menyatakan empat potensial yang dimiliki manusia, yaitu :
Pertama; Self awareness, sikap mawas diri.
Kedua; Conscience, mempertajam suara hati sehingga menjadi manusia yang berkehendak baik, seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup ini.
Ketiga; Independen will, pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mentransendensi.
Keempat; Creative imagination, berpikir transenden dan mengarah kedepan/jangka panjang untuk memecahkan aneka masalah, dengan imajinasi, khayalan, serta memacu adaptasi yang tepat.
Entrepreneurship dianggap sebagai salah satu fungsi ekonomi karena dari semangat untuk berwirausaha hingga menjadi wirausaha baru kemudian menjadi wirausaha yang sesungguhnya sangat terkait dengan kontribusinya terhadap pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat. Selain entrepreneurship,
Ada pula Intrapreneurship yakni suatu entrepreneurship yang selalu menekankan pengembangan sumber daya, yakni sumber daya dari dalam untuk memacu bisnis yang sukses (putting internal resources first).
Barangkali pengertian kedua ini jarang kita dengar, namun didalam prakteknya berada dalam lingkup kewirausahaan terutama yang menggerakkan sumber daya, sumber dana, dan sumber informasi dari lembaga perusahaan itu sendiri.
Kalau kewirausahaan itu merupakan sesuatu yang berproses, tentunya ada langkah-langkah strategis yang harus dimulai dari awal hingga menciptakan keberhasilan dalam bisnis. Lalu siapa yang akan menumbuhkan semangat berwirausaha itu, apakah pemerintah, atau iklim usaha atau pun peluang-peluang yang menarik dibandingkan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan perusahaan dan sebagainya.
Hal inilah sepatutnya menjadi pemikiran kita bersama karena kita sangat menyadari bahwa lowongan untuk menjadi PNS, karyawan perusahaan BUMN, swasta sangatlah terbatas. Tiada jalan hidup mandiri dan berusaha sesuai kemampuan akan lebih realistik dari pada mengharapkan hujan di langit, air di tempayan ditumpahkan.
Angka kemiskinan dan pengangguran semakin membengkak akibat krisis ekonomi yang membawa bangsa ini dalam keterpurukan dalam derajat hidup. Kita sadar betul bahwa bangsa ini sudah miskin. Riau memiliki angka yang fantastis 43,8 persen penduduknya miskin. Apapun yang kita lakukan untuk menyerap angkatan kerja yang demikian besar selalu sulit direalisir.
Terlepas dari apakah wirausaha itu bawaan lahir atau bisa dipelajari, maka ada beberapa catatan penting yang menurut penulis perlu kita perhatikan. Pertama; memberikan pemahaman yang jelas tentang bagaimana pentingnya berwirausaha itu, disamping menolong diri sendiri dapat membantu orang lain dalam menciptakan lapangan kerja baru dalam berbagai sektor.
Ini tentunya berkaitan dengan adanya pengetahuan (kognitif) yang dilakukan melalui proses pengajaran di Perguruan Tinggi (PT) sampai ke tingkat pelatihan keterampilan. Ironisnya, Perguruan Tinggi baru memulai hal ini, padahal output mereka tidak bisa direm dan terus membengkak yang berakhir dengan lahirnya Pengangguran Tingkat Tinggi (PTT), kalau sudah begini akan melahirkan beban baru bagi pemerintah termasuk kredibilitas PT itu sendiri.
Penulis juga tidak tahu persis berapa jumlah sarjana yang tidak mau menjadi PNS justru memilih mandiri untuk mengembangkan kemampuan ilmunya. Kedua; menciptakan iklim investasi yang kondusif baik dalam perizinan, informasi usaha, jaringan usaha dan sebagainya sehingga Wira Usaha Baru (WUB) dapat lahir setiap saat karena mampu membaca peluang yang muncul.
Dorongan ini harus lahir dari penguasa dan birokrat karena kalau kita sadar betapa sulitnya untuk memulai usaha karena banyaknya aturan yang harus dipenuhi, padahal WUB sangat mendukung fungsi ekonomi yang dimaksud. Sepertinya perlu kebijakan yang mendasar dan mereformasi pekerjaan dinas atau instansi yang terkait dengan bidang-bidang usaha kecil yang muncul di masyarakat.
Unit Pelayanan Terpadu (UPT) yang dimiliki oleh pemerintah selama ini hendaknya benar-benar berfungsi dan benar-benar mempunyai kebijakan untuk mempermudah, melayani kepentingan masyarakat dan menciptakan pendapatan baik pajak maupun retribusi untuk kesinambungan pembangunan.
Ketiga; memberikan pembinaan dan penyuluhan secara rutin dan kontinyu serta berkesinambungan dengan program yang jelas dan terencana dengan baik. Selama ini terkesan sulit menciptakan koordinasi yang baik antar sektor terkait baik dinas atau instansi, PT, LSM, tokoh masyarakat.
Barangkali masih banyak faktor lain yang perlu menjadi pemikiran kita bersama agar tenaga kerja, angka kerja, pengangguran termasuk masyarakat miskin yang ingin berusaha dan ketiadaan usaha patut kita simak secara seksama.
Betapa baiknya pun program pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran termasuk PTT akan sulit dilaksanakan mengingat begitu banyak penduduk yang hidup dalam himpitan krisis yang berkepanjangan. Untuk itu upaya untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi semua kalangan adalah alternatif untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran. (Sumber = Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana Mahasiswa )
"Menghadapi Rasa Takut Gagal dan Tidak Percaya Diri"
Kalimat pertama yang ingin saya ucapkan pada Anda adalah ''Selamat atas kelulusan Anda.'' Anda kini mulai memasuki dunia baru, yaitu dunia riil tempat Anda harus bekerja.
Dua problem besar yang dapat saya simpulkan adalah pilihan Anda pada karir sebagai wirausaha atau bekerja pada perusahaan, dan rasa takut gagal dan tidak PD. Baiklah, mari kita bahas problema ini.Anda jangan berkecil hati karena perasaan takut dan tidak PD. Dari beberapa e-mail dan surat yang masuk, juga beberapa teman yang bertanya pada saya dalam sebuah kesempatan pelatihan dan pertemuan biasa, mereka juga banyak merasakan hal yang sama.
Jadi, Anda tidak sendiri dan ini manusiawi kok.Rasa takut gagal dan tidak PD memang saling terkait. Bisa jadi karena tidak PD, Anda jadi merasakan ketakutan akan kegagalan, atau sebaliknya.
Rasa ini bisa timbul karena sejarah perjalanan hidup dan pengalaman kita di masa lalu. Kondisi keluarga, budaya lingkungan, atau peristiwa-peristiwa tertentu yang menyebabkan kita menjadi seperti sekarang ini.
Cara terbaik memang mencoba untuk melupakan masa lalu itu, ambil hikmah yang baik, dan buang pengalaman yang buruk.
Rasa takut gagal dalam melakukan wirausaha juga dapat disebabkan oleh mitos-mitos yang kita dengar di sekeliling kita. Misalnya, ada mitos yang menyebutkan ''memulai bisnis adalah berisiko dan sering berakhir dengan kegagalan.'' Karena Anda percaya dengan mitos ini maka perasaan takut gagal pun muncul dan ujung-ujung bisa tidak PD ketika memulai sebuah bisnis.
Apa betul begitu? Faktanya adalah seorang entrepreneur yang berbakat dan berpengalaman mendapat peluang, mampu menarik orang yang tepat, mampu mendapat uang dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan bisnisnya.
Ada data statistik yang dapat kita pelajari mengenai bisnis baru.
Persentase bisnis yang bangkrut di dua tahun pertama adalah sebesar 23,7 persen, di empat tahun pertama sebesar 51,7 persen, dan dalam masa enam tahun 62,7 persen. Data ini merupakan hasil survai The Wall Street Journal pada 1992.
Apa yang dapat kita pelajari?Paradigma bahwa bisnis kadang berakhir dengan kegagalan adalah sesuatu yang lumrah. Bukankah kita hidup sekarang saja selalu dihadapi oleh dua pilihan? Ada hitam ada putih, ada kanan ada kiri, ada amal ada dosa, ada surga ada neraka, dan ada sukses tentu ada juga gagal.
Jadi, sikap dalam diri kita bahwa dua hal ini selalu beriringan dan kadang kita mendapatkan satu di antaranya adalah ''hal yang memang kita hadapi,'' sehingga Anda nanti lebih tenang menghadapi dan dapat menerimanya dengan ikhlas, adalah sesuatu hal yang biasa.
Percaya diri juga dapat timbul kalau kita selalu berpikiran positif. Coba baca data statistik di atas dengan cara pandang yang berbeda. Di dua tahun pertama ada 76,3 persen yang berhasil.
Ada 48,39 persen di empat tahun pertama yang berhasil, dan seterusnya. Berbeda bukan? Boleh jadi Anda dan bisnis Anda masuk ke dalam kelompok yang ini.Satu lagi yang harus dicamkan dalam hati adalah jika usaha atau bisnis yang sedang Anda jalankan berujung dengan kegagalan.
Yang gagal adalah bisnisnya, bukan Anda! Anda sendiri tidak gagal karena Anda dalam proses mencari sesuatu yang lebih baik. Sebenarnya triknya mudah. Ketika memulai berbisnis, niatkan bahwa Anda tidak hanya membuka bisnis tetapi juga beribadah.
Jadi, kalau-kalau tidak berhasil, bisnisnya boleh gagal, tetapi ibadah Anda berusaha membuat bisnis kan Insya Allah sudah dicatat sebagai amal kebajikan. Tidak ada yang gagal bukan? Kalau sudah begini, menurut saya, Anda sudah tidak perlu lagi merasa takut gagal dan percaya diri mestinya makin kuat timbulnya.
Untuk pilihan karir, cobalah Anda pelajari kelebihan dan kekurangannya. Dalam memulai bisnis, pengetahuan terhadap bisnis yang akan kita terjuni amat penting. Karena itu, jika belum memilikinya Anda harus mempelajarinya dengan baik. Bekerja di perusahaan pada awalnya juga dapat memberikan pengetahuan tentang berbisnis. Semuanya memang tergantung dari Anda.
_______________________________________________________________________
Menumbuhkan Semangat Berwirausaha
Thoby Mutis telah menulis buku Kewirausahaan Yang Berproses, diawali dengan bagaimana MacGyver yang senantiasa menampilkan keunikan dan kreativitas dan berkesinambungan. Film yang sangat digemari pada masa itu dijadikan simbol, yakni mengubah "kesempitan menjadi kesempatan" sehingga Stephen Covey dalam bukunya "First Thing First" menyebutnya Mac Gyver Factor.
Covey menyatakan empat potensial yang dimiliki manusia, yaitu :
Pertama; Self awareness, sikap mawas diri.
Kedua; Conscience, mempertajam suara hati sehingga menjadi manusia yang berkehendak baik, seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup ini.
Ketiga; Independen will, pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mentransendensi.
Keempat; Creative imagination, berpikir transenden dan mengarah kedepan/jangka panjang untuk memecahkan aneka masalah, dengan imajinasi, khayalan, serta memacu adaptasi yang tepat.
Entrepreneurship dianggap sebagai salah satu fungsi ekonomi karena dari semangat untuk berwirausaha hingga menjadi wirausaha baru kemudian menjadi wirausaha yang sesungguhnya sangat terkait dengan kontribusinya terhadap pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat. Selain entrepreneurship,
Ada pula Intrapreneurship yakni suatu entrepreneurship yang selalu menekankan pengembangan sumber daya, yakni sumber daya dari dalam untuk memacu bisnis yang sukses (putting internal resources first).
Barangkali pengertian kedua ini jarang kita dengar, namun didalam prakteknya berada dalam lingkup kewirausahaan terutama yang menggerakkan sumber daya, sumber dana, dan sumber informasi dari lembaga perusahaan itu sendiri.
Kalau kewirausahaan itu merupakan sesuatu yang berproses, tentunya ada langkah-langkah strategis yang harus dimulai dari awal hingga menciptakan keberhasilan dalam bisnis. Lalu siapa yang akan menumbuhkan semangat berwirausaha itu, apakah pemerintah, atau iklim usaha atau pun peluang-peluang yang menarik dibandingkan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan perusahaan dan sebagainya.
Hal inilah sepatutnya menjadi pemikiran kita bersama karena kita sangat menyadari bahwa lowongan untuk menjadi PNS, karyawan perusahaan BUMN, swasta sangatlah terbatas. Tiada jalan hidup mandiri dan berusaha sesuai kemampuan akan lebih realistik dari pada mengharapkan hujan di langit, air di tempayan ditumpahkan.
Angka kemiskinan dan pengangguran semakin membengkak akibat krisis ekonomi yang membawa bangsa ini dalam keterpurukan dalam derajat hidup. Kita sadar betul bahwa bangsa ini sudah miskin. Riau memiliki angka yang fantastis 43,8 persen penduduknya miskin. Apapun yang kita lakukan untuk menyerap angkatan kerja yang demikian besar selalu sulit direalisir.
Terlepas dari apakah wirausaha itu bawaan lahir atau bisa dipelajari, maka ada beberapa catatan penting yang menurut penulis perlu kita perhatikan. Pertama; memberikan pemahaman yang jelas tentang bagaimana pentingnya berwirausaha itu, disamping menolong diri sendiri dapat membantu orang lain dalam menciptakan lapangan kerja baru dalam berbagai sektor.
Ini tentunya berkaitan dengan adanya pengetahuan (kognitif) yang dilakukan melalui proses pengajaran di Perguruan Tinggi (PT) sampai ke tingkat pelatihan keterampilan. Ironisnya, Perguruan Tinggi baru memulai hal ini, padahal output mereka tidak bisa direm dan terus membengkak yang berakhir dengan lahirnya Pengangguran Tingkat Tinggi (PTT), kalau sudah begini akan melahirkan beban baru bagi pemerintah termasuk kredibilitas PT itu sendiri.
Penulis juga tidak tahu persis berapa jumlah sarjana yang tidak mau menjadi PNS justru memilih mandiri untuk mengembangkan kemampuan ilmunya. Kedua; menciptakan iklim investasi yang kondusif baik dalam perizinan, informasi usaha, jaringan usaha dan sebagainya sehingga Wira Usaha Baru (WUB) dapat lahir setiap saat karena mampu membaca peluang yang muncul.
Dorongan ini harus lahir dari penguasa dan birokrat karena kalau kita sadar betapa sulitnya untuk memulai usaha karena banyaknya aturan yang harus dipenuhi, padahal WUB sangat mendukung fungsi ekonomi yang dimaksud. Sepertinya perlu kebijakan yang mendasar dan mereformasi pekerjaan dinas atau instansi yang terkait dengan bidang-bidang usaha kecil yang muncul di masyarakat.
Unit Pelayanan Terpadu (UPT) yang dimiliki oleh pemerintah selama ini hendaknya benar-benar berfungsi dan benar-benar mempunyai kebijakan untuk mempermudah, melayani kepentingan masyarakat dan menciptakan pendapatan baik pajak maupun retribusi untuk kesinambungan pembangunan.
Ketiga; memberikan pembinaan dan penyuluhan secara rutin dan kontinyu serta berkesinambungan dengan program yang jelas dan terencana dengan baik. Selama ini terkesan sulit menciptakan koordinasi yang baik antar sektor terkait baik dinas atau instansi, PT, LSM, tokoh masyarakat.
Barangkali masih banyak faktor lain yang perlu menjadi pemikiran kita bersama agar tenaga kerja, angka kerja, pengangguran termasuk masyarakat miskin yang ingin berusaha dan ketiadaan usaha patut kita simak secara seksama.
Betapa baiknya pun program pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran termasuk PTT akan sulit dilaksanakan mengingat begitu banyak penduduk yang hidup dalam himpitan krisis yang berkepanjangan. Untuk itu upaya untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi semua kalangan adalah alternatif untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran. (Sumber = Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana Mahasiswa )
"Menghadapi Rasa Takut Gagal dan Tidak Percaya Diri"
Kalimat pertama yang ingin saya ucapkan pada Anda adalah ''Selamat atas kelulusan Anda.'' Anda kini mulai memasuki dunia baru, yaitu dunia riil tempat Anda harus bekerja.
Dua problem besar yang dapat saya simpulkan adalah pilihan Anda pada karir sebagai wirausaha atau bekerja pada perusahaan, dan rasa takut gagal dan tidak PD. Baiklah, mari kita bahas problema ini.Anda jangan berkecil hati karena perasaan takut dan tidak PD. Dari beberapa e-mail dan surat yang masuk, juga beberapa teman yang bertanya pada saya dalam sebuah kesempatan pelatihan dan pertemuan biasa, mereka juga banyak merasakan hal yang sama.
Jadi, Anda tidak sendiri dan ini manusiawi kok.Rasa takut gagal dan tidak PD memang saling terkait. Bisa jadi karena tidak PD, Anda jadi merasakan ketakutan akan kegagalan, atau sebaliknya.
Rasa ini bisa timbul karena sejarah perjalanan hidup dan pengalaman kita di masa lalu. Kondisi keluarga, budaya lingkungan, atau peristiwa-peristiwa tertentu yang menyebabkan kita menjadi seperti sekarang ini.
Cara terbaik memang mencoba untuk melupakan masa lalu itu, ambil hikmah yang baik, dan buang pengalaman yang buruk.
Rasa takut gagal dalam melakukan wirausaha juga dapat disebabkan oleh mitos-mitos yang kita dengar di sekeliling kita. Misalnya, ada mitos yang menyebutkan ''memulai bisnis adalah berisiko dan sering berakhir dengan kegagalan.'' Karena Anda percaya dengan mitos ini maka perasaan takut gagal pun muncul dan ujung-ujung bisa tidak PD ketika memulai sebuah bisnis.
Apa betul begitu? Faktanya adalah seorang entrepreneur yang berbakat dan berpengalaman mendapat peluang, mampu menarik orang yang tepat, mampu mendapat uang dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan bisnisnya.
Ada data statistik yang dapat kita pelajari mengenai bisnis baru.
Persentase bisnis yang bangkrut di dua tahun pertama adalah sebesar 23,7 persen, di empat tahun pertama sebesar 51,7 persen, dan dalam masa enam tahun 62,7 persen. Data ini merupakan hasil survai The Wall Street Journal pada 1992.
Apa yang dapat kita pelajari?Paradigma bahwa bisnis kadang berakhir dengan kegagalan adalah sesuatu yang lumrah. Bukankah kita hidup sekarang saja selalu dihadapi oleh dua pilihan? Ada hitam ada putih, ada kanan ada kiri, ada amal ada dosa, ada surga ada neraka, dan ada sukses tentu ada juga gagal.
Jadi, sikap dalam diri kita bahwa dua hal ini selalu beriringan dan kadang kita mendapatkan satu di antaranya adalah ''hal yang memang kita hadapi,'' sehingga Anda nanti lebih tenang menghadapi dan dapat menerimanya dengan ikhlas, adalah sesuatu hal yang biasa.
Percaya diri juga dapat timbul kalau kita selalu berpikiran positif. Coba baca data statistik di atas dengan cara pandang yang berbeda. Di dua tahun pertama ada 76,3 persen yang berhasil.
Ada 48,39 persen di empat tahun pertama yang berhasil, dan seterusnya. Berbeda bukan? Boleh jadi Anda dan bisnis Anda masuk ke dalam kelompok yang ini.Satu lagi yang harus dicamkan dalam hati adalah jika usaha atau bisnis yang sedang Anda jalankan berujung dengan kegagalan.
Yang gagal adalah bisnisnya, bukan Anda! Anda sendiri tidak gagal karena Anda dalam proses mencari sesuatu yang lebih baik. Sebenarnya triknya mudah. Ketika memulai berbisnis, niatkan bahwa Anda tidak hanya membuka bisnis tetapi juga beribadah.
Jadi, kalau-kalau tidak berhasil, bisnisnya boleh gagal, tetapi ibadah Anda berusaha membuat bisnis kan Insya Allah sudah dicatat sebagai amal kebajikan. Tidak ada yang gagal bukan? Kalau sudah begini, menurut saya, Anda sudah tidak perlu lagi merasa takut gagal dan percaya diri mestinya makin kuat timbulnya.
Untuk pilihan karir, cobalah Anda pelajari kelebihan dan kekurangannya. Dalam memulai bisnis, pengetahuan terhadap bisnis yang akan kita terjuni amat penting. Karena itu, jika belum memilikinya Anda harus mempelajarinya dengan baik. Bekerja di perusahaan pada awalnya juga dapat memberikan pengetahuan tentang berbisnis. Semuanya memang tergantung dari Anda.