Obyek Kewirausahaan


Seperti ilmu lain, kewirausahaan memiliki obyek studi yang pada intinya adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwu­judkan dalam bentuk perilaku di dunia nyata. Penulis menyimpulkan beberapa pendapat akademisi, praktisi, seperti Soeparman Soemo­hamidjaya (1997), Hisrich, et. al., (2005), Zimmerer, and Scarborough (1998), Ambar Polah (2006), tentang beberapa obyek kewirausahaan sebagai berikut:
Kemampuan merumuskan tujuan hidup dan mengelola usaha Seorang yang akan melakukan kegiatan usaha (wirausaha) akan melakukan pemikiran, studi dan merumuskan untuk tujuan apa melakukan kegiatan usaha, “what is our bussiness”. Kemampuan merumuskan tujuan akan memberikan jalan dan pedoman dalam melakukan kegiatan usaha. Kemampuan merumuskan tujuan hidup sangat ditentukan oleh kondisi obyektif seorang wirausaha yang dipengaruhi oleh kondisi internal seperti keluarga, pendidik­an, pengalaman dan kondisi ekternal seperti lingkungan umum, ekonomi, industri.

1. Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri dalam menumbuhkan tekad, sema­ngat dalam melakukan kegiatan usaha. Kemampuan memotivasi diri sangat ditentukan oleh locus of control dalam diri wirausaha. Kemampuan memotivasi diri bisa berasal dari dalam diri sendiri (internal locus of control) dalam mencapai kehidupan yang lebih baik, pengembangan diri, penataan financial. Kemampuan memo­tivasi diri bias juga berasal dari pengaruh lingkungan luar, seperti melihat mereka yang sudah berhasil, lingkungan sekitar banyak wirausaha, dorongan orang tua, keluarga bahkan juga dari anjur­an konsultan, psikolog.

2. Kemampuan berinisiatif.
Kemampuan berinisiatif adalah mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain yang dilakukan secara ber­ulang-ulang sehingga dalam jangka panjang menumbuhkan ke­biasaan berinisiatif yang akan menghasilkan kreativitas dan inova­si. Inovasi merupakan sebuah desakan dalam diriwirausaha untuk selalu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dapat dijadikan piranti dalam menghasilkan barang maupun jasa yang dibutuhkan pengguna.

3. Kemampuan membentuk modal (capital)
Kemapuan membentuk modal sangat menentukan kelancaran dalam memulai usaha.  Semangat dan tekat untuk berusaha dan pemahaman tentang pengelolaan keungan (financial mana­gement) menjadi dasar dalam kemampuan membentuk modal. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, hutang jangka pen­dek, menengah, kerjasama manajemen, bantuan, dan lain-lain.

4. Kemampuan mengatur waktu (time management skill).
Melakukan kegiatan usaha baik menghasilkan barang maupun jasa, berkarir dalam organisasi membutuhkan ketekunan, keteliti­an dan juga keseriusan yang juga berhubungan langsung dengan kemampuan mengatur waktu, Wirausahan yang menanggung ber­macam risiko, membutuhkan manajemen waktu yang tepat, ka­pan memulai pekerjaan dan kapan selesai, skedul waktu bekerja dan dalam menyelesaikan pekerjaan sangat menentukan keber­hasilan kegiatan usaha. Ada pepatah “time is money”. Contoh: seorang ahli psikolog, dokter ahli dikatakan berhasil apa bila dia bisa menjalankan profesi dan juga mampu memberikan waktu un­tuk keluarga.

5. Kemampuan mental yang dilandasi agama
Ada kalanya kesuksesan seorang wirausaha membutuhkan waktu yang cukup lama. Perjalankan kesuksesan wirausaha adakala­nya mengalami siklus naik-turun. Pada saat kehidupan wirausaha pada kondisi sulit kekuatan mental yang dilandasi keyakinan dan agama sangat diperlukan guna menghadapi tekanan kesulitan.

6. Kemampuan mengambil hikmah dari pengalaman
Kehidupan bisnis dapat dibaratkan kehidupan manusia, kadang kondisinya sehat, kadang kondisinya kurang sehat, bahkan mati. Kehidupan wirausaha dalam menjalankan usaha pada umumnya mengalami pasang surut. Kegagalan, kemerosotan dalam bisnis adalah hal wajar. Pengalaman wirausaha yang baik dan peng­alaman yang menyakitkan dapat merupakan pengalaman yang berharga apabila wirausaha tersebut mampu mengambil hikmah. Pengalaman merupakan bahan referensi dalam bersikap, ber­perilaku, mengambil kebijakan, dan menjalankan usaha dimasa kini dan masa depan.